popcash
Tuesday, July 14, 2020
Alhamdulillah Pertama Kalinya, Masjid Tertua di Kanada Ini Kumandangkan Adzan
Masjid Al Rashid di Edmonton, Alberta, Kanada berdiri sejak 1938. Untuk kali pertama, masjid itu mengumandangkan adzan dengan pelantang suara.
Adzan dengan pelantang suara memang dilarang di Kanada karena terbentur peraturan kebisingan kota. Tapi, adzan diizinkan untuk dikumandangkan di seluruh kota di Kanada selama pandemi virus Corona.
Ottawa, Toronto, Hamilton, London, Edmonton, Calgary, Vancouver dan kota-kota besar lainnya telah membuat pengecualian terhadap aturan kebisingan kota itu. Kini, Al Rashid, masjid tertua Kanada, juga menyiarkan adzan agar umat Islam di kota Edmonton bisa mendengarnya.
Beberapa orang tua membawa anak-anak mereka untuk berdiri di luar masjid menjelang Maghrib khusus untuk mendengar adzan itu. Mereka penasaran dengan pengalaman baru itu. Utamanya, bagi mereka yang lahir dan tumbuh di Kanada.
Adapun bagi umat Islam pendatang yang justru meru[akan mayoritas umat Islam di sana, mereka bukannya tidak pernah mendengarkan adzan dengan pelantang suara. Mereka tumbuh di negara-negara Islam atau yang mayoritas penduduknya Islam yang mengumandangkan adzan lima kali sehari. Makanya, adzan dengan pelantang suara itu seolah membawa mereka kembali ke masa kecil.
“Berbuka puasa dengan mendengarkan adzan menjadi momen besar yang tidak akan mereka lupakan, saya yakin,” kata Noor Al-Henedy, yang bekerja di masjid.
Ramadhan adalah periode selama sebulan yang didedikasikan untuk doa, refleksi dan amal, dengan praktik berpuasa di siang hari.
“Ramadhan ini khususnya membawa semua orang ke akar Ramadhan yang sebenarnya,” kata Al-Henedy.
“Untuk benar-benar dapat merefleksikan dirimu dengan baik saat berpuasa, untuk melihat sekelilingmu, dan menghargai berkah yang kamu miliki, juga untuk memahami perjuangan yang dilalui banyak orang, bulan yang sangat penting,” dia menambahkan.
Bagi mereka suara adzan saat berada di luar masjid membuat mereka bergembira. Rasanya, Ramadhan kali ini menjadi spesial.
“Ini benar-benar menghibur,” kata Sahar Zimmo.
Zimmo makin terkesan karena sebelumnya dia amat mendambakan suara adzan bisa didengarnya di kotanya sendiri saat mendengar adzan di negara lain. Kini, harapannya terwujud.
“Untuk benar-benar mendengar panggilan untuk sholat itu memberi saya rasa harapan, rasa lega pada saat keadaan di udara dan tidak normal,” katanya.
Adzan dengan pelantang suara itu tak sepenuhnya direspons positif oleh penduduk setempat, namun Zimmo mengatakan mayoritas tetangganya tak mempermasalahkan.
“Itu memberikan kami harapan bahwa masa yang lebih baik akan datang. Itu memberi kita rasa kebersamaan dan rasa persatuan bahwa kita semua terlibat dalam perjuangan bersama ini,” katanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment